Beberapa waktu lalu pemerintah
meresmikan kebijakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Kebijakan
tersebut oleh banyak kalangan dikhawatirkan akan menimbulkan efek domino di
masyarakat, salah satunya adalah naiknya angka pengangguran. Menurut data BPS,
angka pengangguran terbuka pada bulan Februari 2013 saja adalah sebesar 7,1
juta dan dari data tersebut sekitar 421 ribu adalah lulusan universitas.
Dilihat dari data tersebut, lulusan
universitas turut menyumbang sekitar 6% angka pengangguran. Fakta ini
menunjukkan bahwa lulusan universitas sebagai salah satu kelompok masyarakat yang
“rawan” akan dampak kebijakan tersebut, sehingga memerlukan alternatif
“pekerjaan” lain yang mampu bertahan serta memberikan keuntungan bagi dirinya
dan masyarakat di sekitarnya. Dewasa ini salah satu alternatif yang mampu
menampung kemungkinan tersebut adalah entrepreneurship.
Membangun Jiwa
Entrepreneur
Menurut Peter F Drucker,
entrepreneur merupakan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
baru dan berbeda. Disinilah letak menariknya entrepreneur, sebagai pelaku
usaha, entrepreneur diharapkan mampu untuk terus berkreasi dan berinovasi dalam
menjalankan bisnisnya. Bagi mahasiswa, hal ini sangat tepat untuk
mengimplementasikan ilmunya dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu, seyogyanya
mahasiswa membangun jiwa entrepreneur ini sejak di bangku kuliah.
Beragam
cara dapat dilakukan mahasiswa untuk membangun jiwa entrepreneur ini. Cara yang
paling fundamental adalah menggali minat mahasiswa. Penggalian minat dapat
diketahui dari jenis-jenis kegiatan yang disukai oleh masing-masing mahasiswa.
Minat ini berperan penting untuk mengetahui motivasi dalam melakukan suatu
pekerjaan. Kemudian, apabila telah diketahui minat mahasiswa dalam suatu bidang
pekerjaan, maka hal ini dapat menimbulkan sebuah potensi besar bagi mahasiswa
tersebut untuk mengembangkan usahanya.
Potensi
besar itu selanjutnya harus dikembangkan untuk menambah kemampuan mahasiswa.
Beragam cara dapat dilakukan dalam lingkungan kampus untuk mendukung usaha
tersebut, antara lain pertama, mahasiswa dapat menghadiri forum seminar dan
workshop. Kehadiran dan keaktifan mahasiswa dalam forum ini dapat memberikan
manfaat berupa ilmu dan pengalaman langsung dari narasumber yang berkompeten di
bidangnya. Hal ini dapat memperkaya wawasan mahasiswa dalam mengembangkan
usahanya.
Kedua,
memperbarui pengetahuan mahasiswa dalam bidang entrepreneurship. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara membaca buku-buku dan majalah di perpustakaan tentang
entrepreneurship serta menjelajah berbagai informasi di internet. Cara ini
dapat memberikan pengetahuan yang actual kepada mahasiswa mengenai usahanya.
Selain itu, mahasiswa dapat juga membaca biografi tokoh-tokoh entrepreneur
sukses, sehingga dapat mendapatkan inspirasi dan meneguhkan keyakinan tentang
usaha yang digelutinya.
Ketiga,
mengasah kemampuan entrepreneur mahasiswa dengan mengikuti kompetisi bisnis.
Dalam kompetisi tersebut, kemampuan pengelolaan usaha, orientasi keuntungan dan
pengelolaan persaingan usaha sangat ditekankan. Oleh karena itu, mahasiswa
dapat mengambil manfaat dalam kompetisi ini berupa gambaran nyata dinamika
dunia usaha. Selain itu, dengan cara ini mahasiswa dapat menumbuhkan iklim
intelektual kampus dan dapat lebih berprestasi tentunya.
Keempat,
mengaplikasikan segala pengetahuan dan informasi entrepreneurship dalam usaha
yang digelutinya. Praktik di lapangan juga sebaiknya didukung dengan jaringan
yang luas. Pembangunan jaringan ini dapat dilakukan dengan mengikuti berbagai
organisasi. Selain itu, pihak kampus dapat mendukung untuk membangun jiwa
entrepreneur dengan berbagai program, seperti mengembangkan kurikulum
kewirausahaan, membangun hubungan dengan pihak swasta dan memberikan kemudahan
fasilitas usaha bagi mahasiswa. Dengan demikian, jiwa entrepreneur sejati
mahasiswa dapat dibentuk dan diharapkan dapat menciptakan alternatif usaha yang
bermanfaat bagi dirinya sendiri dan masyarakat.
* Gasa Bahar Putra - Mahasiswa Universitas Indonesia
* Gasa Bahar Putra - Mahasiswa Universitas Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar